Saturday, 16 January 2010

ADA CARA GAMPANG MENCEGAH GLOBAL WARMING YAITU :

1.JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN



2.HEMAT LISTRIK



3.STOP PENEBANGAN HUTAN



4.MATIKAN AC SAAT TIDAK DIPAKAI



5.KURANGI MEMAKAI KENDARAAN



6.HEMAT AIR ! ! (PENTING BANGET)



7.YANG PALING PENTING!!TANAM POHON

Indonesia Bakal Tenggelam Akibat Global Warming




Barusan ane denger berita di tv,tentang pemanasan global,kalau suhu dunia naik 4 derajat per tahun ,negara yang pertama kena imbas (tenggelam) adalah INDONESIA.baca lebih lengkap berita dibawah ini :



DAMPAK PERUBAHAN IKLIM. Duta besar Inggris untuk Indonesia, Martin Hatful memberikan keterangan terkait peta dampak perubahan iklim di Indonesia di Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Jumat (23/10). Peta yang baru diluncurkan oleh Ilmuwan Inggris tersebut menunjukkan dampak yang timbul jika rata-rata suhu global meningkat hingga 4 derajat Celcius, jika kita gagal menjaga perubahan iklim, peta akan diserahkan untuk pemerintah Indonesia.

Duta Besar Inggris untuk indonesia meluncurkan peta dampak kenaikan suhu sebesar empat derajat celcius bagi dunia, untuk mengajak dunia menanggapi isu “global warming”, di Jakarta.

Dampak kenaikan suhu ini untuk Asia Tenggara berarti kenaikan permukaan laut sekitar 80 cm, dan akibatnya lebih dari 33 juta orang kebanjiran.

Kenaikan tersebut akan menimbulkan banjir besar yang kemungkinan akan menenggelamkan sebagaian besar wilayah Indonesia, serta ekosistem laut akan terkena dampak serius dengan hilangnya terumbu karang dan pemancingan komersial.

Selain itu, dampak lainnya adalah musim kemarau berkepanjangan sehingga dapat meyulitkan sektor pertanian Indonesia, dampak itu juga akan disertai dengan topan tropis yang berkepanjangan dan sulit diprediksi.

Pihak pemerintah Inggris melalui Dubes Hartfull memuji keberanian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menargetkan penurunan emisi sebanyak 26 persen dan mungkin 41 persen dengan bantuan internasional pada “Climate Change Talk” di Bangkok, Thailand, awal Oktober lalu.

Sebagian besar negara dunia berkomitmen untuk tidak melebihi pemanasan dari dua derajat untuk menghindari perubahan iklim yang berbahaya, dan telah menunjukkan bahwa untuk mencapai sasaran yang 2 derajat, yang dalam 3% memotong emisi global diperlukan setiap tahun, mulai dari tahun 2010.

Tuesday, 12 January 2010

Apa Solusi Tercepat untuk Mengerem Pemanasan Global?? Vegetarian: Cara Tercepat Mengerem Pemanasan Global Hingga 80%

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, pada November 2006 PBB telah merilis laporan mengejutkan yang berhasil membuka mata dunia bahwa ternyata 18% dari emisi gas rumah kaca datang dari aktifitas pemeliharaan ayam, sapi, babi, dan hewan-hewan ternak lainnya. Di sisi lain, mobil, sepeda motor, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana transportasi lainnya yang bisa Anda sebutkan hanya menyumbang 13% emisi gas rumah kaca. Bayangkanlah kenyataan ini: Ternyata penghasil utama emisi gas berbahaya yang mengancam kehidupan planet kita saat ini bukanlah mobil, sepeda motor, ataupun truk dan bus dengan polusinya yang menjengkelkan Anda. Tetapi emisi berbahaya itu datang dari sesuatu yang nampak sederhana, tidak berdaya, dan nampak lezat di meja makan Anda. Yaitu daging!

Mungkin bagi Anda hal ini sangat berlebihan. Tetapi ketahuilah bahwa laporan ini bukan dirilis oleh sekelompok ilmuwan paranoid yang tidak kompeten, ataupun peneliti dari tingkat universitas lokal. Laporan ini dirilis langsung oleh PBB melalui FAO (Food and Agriculture Organization—Organisasi Pangan dan Pertanian). Tentu agak sulit membayangkan bagaimana mungkin seekor anak ayam yang terlahir dari telurnya yang begitu rapuh, yang terlihat begitu kecil dibandingkan luasnya planet ini, bisa memberikan pengaruh yang begitu besar pada perubahan iklim. Jawabannya adalah pada jumlah mereka mereka yang luar biasa banyak. Amerika Serikat saja menjagal tidak kurang dari 10 miliar hewan darat setiap tahunnya (tidak termasuk ikan dan hewan laut lainnya). Bayangkan berapa banyak jumlahnya bila digabungkan dengan seluruh dunia.

Untuk membantu Anda membayangkan bagaimana sektor peternakan bisa menghasilkan emisi yang begitu besar, simaklah beberapa poin berikut ini:

1 Pemeliharaan hewan ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah satu inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging tersebut tiba di rumah/piring makan Anda. Anda tentu tahu bahwa mesin-mesin pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi.

2 Transportasi yang digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon yang signifikan.

3 Peternakan menyedot begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak hingga obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi. Tapi dapatkah Anda membayangkan berapa banyak lagi emisi yang dihasilkan tiap industri pendukung tersebut? Perekonomian yang maju tidak ada lagi artinya kalau planet kita hancur! Masih banyak sektor-sektor industri ramah lingkungan yang bisa dikembangkan di dunia ini. Jadi mengapa harus mengembangkan sektor yang membahayakan kehidupan kita semua?

Sumber: Publikasi tanggal 27 Januari 2008

4 Peternakan membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Demi pembukaan lahan peternakan, begitu banyak hutan hujan yang dikorbankan. Hal ini masih diperparah lagi dengan banyaknya hutan yang juga dirusak untuk menanam pakan ternak tersebut (gandum, rumput, dll). Padahal akan jauh lebih efisien bila tanaman tersebut diberikan langsung kepada manusia. Peternakan sapi saja telah menyedot makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Lebih dari jumlah populasi manusia di dunia. KELAPARAN DUNIA TIDAK AKAN TERJADI JIKA SEMUA ORANG BERVEGETARIAN. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa seorang vegetarian menyelamatkan hingga setengah hektar pepohonan setiap tahunnya! Hutan hujan tropis mengalami penggundulan besar-besaran untuk menyediakan lahan peternakan. Lima puluh lima kaki persegi hutan tropis dihancurkan hanya untuk menghasilkan satu ons burger! Perusakan hutan sama dengan memperparah efek pemanasan global karena CO2 yang tersimpan dalam tanaman akan terlepaskan ke atmosfer bersamaan dengan matinya tanaman tersebut.

5 Hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi secara alamiah akan melepaskan metana dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan (kita mengenalinya sebagai bersendawa—glegekan kata orang jawa). Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca yang 23 kali lebih buruk dari CO2. Dan miliaran hewan-hewan ternak di seluruh dunia setiap harinya melakukan proses ini yang pada akhirnya menjadi polutan gas rumah kaca yang signifikan. Tidak kurang dari 100 milliar ton metana dihasilkan sektor peternakan setiap tahunnya!

6 Limbah berupa kotoran ternak mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang notabene 300 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2. Pertanyaannya adalah: Memangnya seberapa banyak kotoran ternak yang ada? Di Amerika Serikat saja, hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton kotoran per detik! Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh dunia! Jumlah yang luar biasa besar itu membuat sebagian besar kotoran tidak dapat di proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern adalah membuangnya ke sungai atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya meracuni tanah dan sumber-sumber air. Kontribusi gas NO dari sektor peternakan sangatlah signifikan!

Metana dan Nitro Oksida yang berasal Dari sistem pencernaan dan kotoran hewan menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih hebat dari semua mobil,kereta api, dan pesawat digabungkan

Lakukanlah sesuatu! JADILAH VEGETARIAN! Inilah hal yang TERBAIK yang bisa Anda lakukan bila Anda ingin menyumbangkan sesuatu bagi usaha dunia mengerem pemanasan global, disamping dari segala penghematan listrik dan energi yang Anda lakukan.

Penelitian Universitas Chicago telah menunjukkan bahwa seorang vegetarian dapat mengurangi emisi karbon hingga 1,5 ton setiap tahunnya! Jumlah ini bahkan lebih banyak dari mengganti mobil Anda dengan Toyota Prius yang hanya menghemat 1 ton emisi karbon setiap tahunnya. Beberapa media massa luar negeri bahkan menyebut “Vegetarian is the new Prius!”

Berubah menjadi vegetarian tidak membutuhkan biaya apa-apa, bahkan menghemat anggaran belanja Anda. Bandingkan dengan membeli mobil ramah lingkungan yang harganya sangat mahal dan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang berduit. Janganlah berpikir bahwa Anda sendirian tidak akan dapat membuat perbedaan karena masih banyak orang di luar sana yang masih melakukannya. Jadilah contoh bagi mereka. Informasi dan contoh nyata dari satu orang dapat menginspirasi ratusan bahkan ribuan orang lainnya. Ini bukanlah candaan ataupun pujian yang dibuat-buat: Tetapi Andalah calon-calon penyelamat dunia ini dengan pilihan dan tindakan Anda yang akan menginspirasi orang-orang lainnya. Seribu orang yang beralih ke pola makan vegetarian sama dengan pengurangan 1.500 ton emisi karbon per tahun. Bila 10% saja dari penduduk Indonesia bervegetarian, kita telah mengurangi sedikitnya 30 juta ton emisi karbon per tahun! Suatu angka penghematan yang sangat fantastis!

Alasan bervegetarian saat ini bukan lagi hanya karena Anda sok baik/peduli pada nasib hewan. Bukan hanya karena Anda sok suci/spiritual. Bukan juga hanya karena Anda peduli pada kesehatan Anda, tetapi lebih dari itu: Anda ingin hidup lebih lama di planet ini dan Anda ingin mewariskan masa depan yang layak bagi Anak cucu Anda kelak! Entah apa yang akan dipikirkan oleh anak cucu kita ketika mereka tahu bahwa masa suram yang mereka jalani di masa depan adalah buah dari ketidakpedulian orang tua mereka.

Berubahlah! apalah artinya mengganti sepotong empal dengan sepotong tahu, bila hal ini berhubungan langsung dengan keselamatan Anda, dan juga masa depan anak cucu Anda. Sesederhana itu untuk menyelamatkan dunia: Lepaskanlah daging dari piring makan Anda! Mulai sekarang, ketika Anda merasa cuaca sangat panas, atau ketika Anda melihat berita bencana alam yang mengerikan di TV atau di koran pagi ini, renungkanlah kembali apa yang baru saja Anda makan tadi malam.

Penyelesaian untuk Krisis Energi: Bahan Bakar Alternatif dan Diet Vegetarian
Mengikuti diet vegetarian bahkan lebih efektif dalam mengurangi emisi rumah kaca daripada mengendarai sebuah kendaraan listrik hibrida, menurut sebuah karya tulis yang diterbitkan pada tanggal 12 April 2006 di Earth Interactions, sebuah jurnal dari Persatuan Geofisika Amerika. Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago menyimpulkan bahwa mengikuti diet vegan mengurangi emisi C02 sebanyak 1,5 ton tiap tahun, dibanding 1 ton yang dihemat bila berpindah dari sebuah mobil biasa (Toyota Camry) ke sebuah mobil hibrida (Toyota Prius).

Hal yang sangat mengejutkan pada penelitian adalah biaya energi dari memakan ikan hampir sama besarnya dengan makan daging merah. Ini karena biaya yang sangat besar dari menjaring ikan di kapal. Di antara para ahli biologi, ikan dan daging sering dianggap “protein murah” bagi hewan pemangsa. Tetapi, hal sebaliknya berlaku bagi produksi makanan manusia. Untuk manusia, efisiensi energi (energi keluaran dibagi dengan energi masukan) dari protein udang, misalnya, adalah 0.5%, dibanding 510% untuk gandum. Produk-produk hewani lainnya jatuh dalam kisaran 3%. Ini baru menyangkut protein dan belum termasuk nutrisi lainnya; dan dalam hal ini buah-buahan dan sayuran adalah sumber-sumber yang jauh lebih efisien.

Para peneliti menegaskan bahwa studi mereka belum memperhitungkan biaya energi jangka panjang yang sangat besar sehubungan dengan pemakaian sumber-sumber daya alam seperti air dalam produksi daging. Dr. Eshel menyimpulkan, "Kami katakan bahwa semakin Anda sanggup menjalankan diet vegan dan semakin jauh dari makanan berdaging, maka semakin baik bagi planet ini.

http://www.fao.org/newsroom/en/news/2006/1000448/index.html
http://www.nytimes.com/2007/08/29/business/media/29adco.html?st=cse&sq=Livestock+global+warming&scp=20
http://www.huffingtonpost.com/kathy-freston/taking-global-warming-per_b_74497.html
http://www.huffingtonpost.com/kathy-freston/vegetarian-is-the-new-pri_b_39014.html
http://www.greenpeace.org/usa/getinvolved/green-guide/green-lifestyle/go-vegetarian
http://www.goveg.com/environment-globalwarming.asp

Kunci untuk Mengurangi Pemanasan Global dan Penipisan Sumber Alam

Saat ini, masalah pemanasan global dan berkurangnya sumber alam seperti bahan bakar fosil, air segar, dan humus adalah tantangan paling sulit yang pernah dihadapi oleh manusia. Para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa mengurangi pengeluaran karbon dioksida (CO2) akan memperkecil pemanasan global, sehingga pada tahun 1997, 181 pemerintahan menandatangani Protokol Kyoto untuk mengurangi emisi bahan kimia beserta lima “gas rumah hijau” lain. Walaupun tindakan ini merupakan suatu langkah positif, dalam majalah ilmiah Physics World (Dunia Fisika) terbitan bulan Juli 2005, fisikawan Inggris, Alan Calverd, mengusulkan suatu cara yang lebih sederhana untuk menghilangkan pemanasan global---berhenti makan daging. Artikelnya “Suatu Pendekatan Radikal terhadap Kyoto” telah tersebar dengan cepat melalui internet dan sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan para ilmuwan.

Walaupun Calverd bukan seorang vegetarian, ia mengakui pemborosan terbesar dari sumber alam dan energi disebabkan oleh meningkatnya jumlah ternak hewan untuk dimakan. Jadi, ia menghitung bermacam-macam pemakaian energi yang menghasilkan CO2, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan manusia, serta metabolisme ternak. Ia menemukan bahwa 21% konsumsi energi itu untuk mempertahankan peternakan hewan. Sama dengan pembuangan bahan bakar mobil, pernapasan ternak menghasilkan jumlah CO2 yang sangat besar, dan hal ini merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Tetapi faktor ini tidak dimasukkan ke dalam kategori emisi buatan manusia oleh para ilmuwan iklim dan politikus, karena mereka menganggap bahwa hal itu bukanlah suatu fenomena buatan manusia yang tidak dapat diubah.

Lebih lanjut, dari 21% ini, Calverd tidak memasukkan emisi karbon dioksida, seperti produksi pakan, penjagalan mekanis, pengeluaran isi perut, pengemasan, transportasi, dan pendinginan.

Perhitungan yang lebih lengkap mengenai jumlah energi untuk produksi daging telah dilakukan oleh Dr. David Pimentel dari Universitas Cornell, seorang ahli agraria, yang tidak terlibat dalam gerakan vegetarian. Ia terus meneliti jumlah energi dari ‘pertumbuhan’ produksi daging selama sepuluh tahun dan telah menulis 560 makalah ilmiah serta 23 buku mengenai persoalan tersebut. Dr. Pimentel juga sering kali menduduki jabatan di kursi pemerintahan yang mengawasi industri daging. Ia berulang kali memberitahu sesama rekan ilmuwan daging lainnya, ”Saya tidak membuat suatu keputusan moral apa pun. Saya hanya memberikan Anda data.”

Dalam makalahnya di tahun 2004 “Produksi Ternak dan Penggunaan Energi”, Pimentel memperkirakan bahwa jumlah bensin di Amerika Serikat yang digunakan untuk menopang pola makan daging, jumlahnya sangat mencengangkan, yaitu sebanyak 401 galon bensin setiap tahun, sedangkan untuk pola makan vegetarian sebanyak 219 galon bensin. Jumlah ini meningkat secara dramatis dengan semakin banyak daging yang dimakan seseorang. Pimentel juga mengalkulasi: jika seluruh dunia mempunyai pola makan seperti orang-orang di Amerika Serikat, cadangan minyak tanah Bumi akan habis hanya dalam waktu tiga belas tahun. Yang paling luar biasa adalah observasi berikut ini:

Bahkan mengendarai mobil-mobil mewah yang menyedot banyak bensin dapat menghemat energi daripada berjalan kaki. Jumlah kalori yang Anda bakar dengan berjalan kaki berasal dari diet Standar Amerika! Ini karena energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan makanan yang akan Anda bakar saat berjalan kaki dalam jarak tertentu adalah lebih besar daripada energi yang diperlukan untuk mengisi bensin di mobil Anda untuk jarak yang sama, dengan asumsi bahwa mobil tersebut menempuh jarak 24 mil setiap galonnya atau lebih dari itu.

Di samping itu, perhitungan yang sama pada saat naik sepeda, dari situs web http://www.bicycleuniverse.info/ mengungkapkan bahwa bersepeda pada pemakan daging memerlukan konsumsi bahan bakar-fosil sama banyak dengan mengendarai sebuah mobil. Emisi lain yang berkaitan dengan daging yang sering terlupakan adalah metana, sebuah produk dari pencernaan makanan anaerob yang dihasilkan ketika seekor sapi mengeluarkan napas. Sebuah studi dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) yang diumumkan dalam majalah ilmiah Surat Penelitian Geofisika (Geophysical Research Letters) terbitan bulan Februari 2005 mengungkapkan bahwa karena pengaruh metana pada lapisan ozon di atmosfer, metana menimbulkan pemanasan global dua kali lipat dari yang sebelumnya diperkirakan (10%), dan pola makan daging bertanggung jawab atas sepertiga dari emisi metana biologis.

Statistik lain yang mengejutkan adalah bahwa sembilan miliar hewan ternak yang dipelihara di Amerika Serikat mengonsumsi tujuh kali lipat padi daripada yang dimakan oleh populasi manusia di negara tersebut. Persentase dari padi yang diberikan kepada hewan ternak juga membubung tinggi di negara-negara berkembang seperti Cina, Mesir dan Meksiko. Lebih jauh lagi, menurut Institut Pengawasan Dunia (Worldwatch Institute), tiap pon daging yang diberi makan dengan padi, telah mengakibatkan 35 pon humus terkikis. Jadi untuk mempertahankan pola makan daging, kita memerlukan lebih dari 4.000 galon air setiap hari dibandingkan dengan 300 galon air yang dibutuhkan oleh para vegetarian.

Menurut ahli ekologi ternama Mathis Wackernagel, pola makan daging hewan adalah alasan utama manusia menghabiskan kapasitas-bio jangka panjang planet ini dalam kecepatan yang tidak dapat ditahan. Oleh karena itu, banyak ilmuwan seperti Wackermagel dan Calverd secara ilmiah telah membuktikan bahwa mengonsumsi daging dapat menguras sumber alam Bumi. Tetapi pokok persoalan lain yang tidak dapat diukur dan perlu dipertimbangkan adalah aspek kesejahteraan hewan serta pengaruh moral dari penyembelihan hewan secara massal terhadap kesadaran manusia.

Monday, 11 January 2010

Penghijauan Atap di Perkotaan


Thijs Westerbeek van Eerten

07-10-2008

Atap hijau semakin populer di Belanda. Pemerintah memberikan subsidi bagi warga yang ingin 'menanami' atap mereka dengan rumput hijau. Banyak yang memanfaatkan kesempatan ini. Tapi, uang bukanlah alasan utama. Atap hijau bisa membantu upaya pelestarian lingkungan di wilayah perkotaan.

Seluruh Dunia
Warga Kota Groningen bisa mendapatkan subsidi sebanyak 30 Euro (sekitar 400 ribu Rupiah) per meter persegi untuk memasang rumput di atap rumah mereka. Subsidi ini mencapai 60 persen biaya pemasangan. Kota Rotterdam juga memberikan subsidi yang sama. Kota Amsterdam dan Den Haag juga sudah berjanji akan mengeluarkan subsidi.


Fenomena atap hijau ini tidak hanya terjadi di Belanda saja. Walikota Kota Chicago di Amerika Serikat, misalnya, memerintahkan pembuatan taman di atas atap gedung walikota. Ia ingin menjadikan Chicago kota terhijau di Amerika. Di Jerman, setiap tahunnya empat belas juta atap hijau dipasang. Kota Montreal di Canada juga merencanakan hal serupa.

Banyak Manfaat
Atap hijau punya banyak manfaat. Mark Ottelee dari Universitas Teknik Delft sedang meneliti fenomena penghijauan bangunan ini. Ia menjelaskan:

Perpustakaan Kampus Delft

"Atap hijau bisa berguna untuk mengatur temperatur. Tanaman hijau menyerap panas- atau istilahnya Evo transpirasi- sehingga udara di atas bangunan dan juga di dalamnya bisa dingin. Di atas atap dipasang lahan buatan yang bisa ditanami. Ini saja sebenarnya sudah menurunkan suhu. Dengan adanya tanaman, suhu bisa semakin turun lagi. Atap biasa bisa mencapai suhu 80 derajat celcius pada musim panas. Dengan atap hijau suhu bisa turun sampai 35 derajat."

Efek rumah kaca
Perbedaan suhu ini bisa menurunkan secara drastis pemakaian alat pendingin ruangan pada musim panas. Jadi, mengurangi pengeluaran CO2. Pada musim dingin, lapisan tanah yang dipasang pada atap juga bisa berfungsi sebagai isolasi untuk mempertahankan panas. Sehingga mengurangi pemakaian alat pemanas ruangan. Selain itu, atap hijau bisa juga bermanfaat untuk menghadapi semakin seringnya turun hujan.

"Atap hijau bisa mengerem laju air hujan. Lapisan tanah yang dipasang berfungsi seperti spons yang bisa menyerap banyak air hujan. Jadi, akan lebih sedikit air yang turun ke selokan. "

Sebagai tambahan, atap hijau bisa memperkaya keragaman hayati di wilayah perkotaan. Tanaman yang lembab konon juga bisa menyerap berbagai debu yang bertebaran di udara.

Dinding hijau
Begitu besarnya manfaat atap hijau ini memberikan inspirasi kepada Marc Ottelee untuk menjajagi kemungkinan memperluas penghijauan bangunan. Ia menyayangkan orang melewatkan kemungkinan 'menghijaukan' tembok bangunan. 'Bangunan punya lebih banyak tembok daripada atap!', kata Ottelee. Oleh karena itu ia meneliti kemungkinan membuat tembok yang juga bisa ditanami. Papan dinding yang terbuat dari beton berpori mungkin bisa menjadi alternatif. Dinding jenis itu bisa cukup lembab dan mengandung bahan makanan untuk tanaman. Marc Ottelee optimis dengan idenya ini.

Kebun vertikal

"Saya harap ini semua bisa direalisasikan dengan cepat. Yang jelas dunia arsitektur sangat tertarik. Terutama tentang dinding hijau. Saya harap dengan penelitian saya ini akan lebih banyak orang yang tertarik dengan dinding hijau."

Mungkin saja semua rencana ini akan bisa direalisasikan, atap dan dinding semuanya hijau. Subsidi dari pemerintah bisa sangat mendukung upaya menghijaukan wilayah perkotaan ini.

Dampak Pemanasan Global bagi Indonesia


Quantcast

Pemanasan Global yang bermuara pada perubahan iklim khususnya di negara kita sungguh memiliki dampak yang sangat serius. IPCC menyatakan bahwa kenaikan suhu Bumi periode 1990 – 2005 antara 0.15 – 0.13 derajat Celcius, jika kondisi ini dibiarkan maka diprediksikan periode 2050 – 2070 suhu Bumi akan naik pada kisaran 4,2 derajat Celcius. Padahal Emil Salim bilang jika naik 2 derajat Celcius saja maka kehidupan di Bumi akan bubar.

Dampak yang ditimbulkan bagi negara kita jika tanpa ada upaya pencegahan maka kita akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut akan naik pada ketinggian 90 cm. Tadinya kita memiliki 17.504 pulau tapi kini tinggal 17.480 pulau oleh sebab naiknya air laut dan usaha penambangan. Kehilangan asset 2.000 pulau akan luar biasa dampaknya yang berujung pada penyempitan wilayah kedaulatan RI.

Juga kenaikan air laut akan menurunkan pH air laut ; setiap kenaikan 14 – 43 cm maka pH air laut akan turun dari 8,2 menjadi 7,8 – akibat seriusnya akan menghambat pertumbuhan dan akhirnya akan mematikan biota dan terumbu karang. Ujung-ujungnya adalah dampak ekonomis dengan terjadinya pola perubahan habitat, migrasi dan populasi ikan serta hasil laut lainnya.

Lebih lanjut lagi ancaman serius bagi kota-kota pesisir seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya misalnya. Akan banyak wilayah pesisir perkotaan akan terendam dan akan terjadi pergeseran wilayah pantai. Karena setiap kenaikan 10 cm air laut akan menggenangi 10 meter persegi wilayah pesisir. Hal ini tentu akan berimplikasi pada akibat sosial ekonomi masyarakat.

Hal lain adalah soal ketahanan pangan. Saat ini saja misal di Pulau Jawa, Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat. DAS Citarum dengan luas wilayah 6.080 km2 dan dengan panjang sungai 269 km nyatanya tidak memberikan kontribusi baik untuk mengairi areal persawahan. Maklum sepanjang DAS Citarum ada 11 juta jiwa bermukim dan 10.000 perusahaan yang memanfaatkan Citarum. Akibatnya terlihat produktifitas padi Tahun 2005 adalah 9.787.217 ton menjadi 9.418.572 ton pada Tahun 2006. Jadi ada penurunan sebesar 368.645 ton padi.

Hal serupa juga sama dengan DAS Brantas di Jawa Timur. Tahun 2006 produksi padi sebesar 9.346.947 ton menjadi 9.126.356 ton pada Tahun 2007. Ada penurunan sebesar 220.519 ton. Dan di Jawa Tengah juga sama dari 8.729.291 ton (2006) menjadi 8.378.854 ton (2007), penurunan sebesar 350.436 ton.

Ketahanan pangan memang menjadi salah satu titik perhatian utama ; sebab kelangsungan negara ini tentu bertumpu pada ketersediaan padi disamping alternatif bentuk pangan lain seperti umbi-umbian dan biji-bijian. Akan tetapi dengan menurunnya dukungan sungai-sungai sepanjang lumbung padi pulau Jawa ini, hal yang perlu dicermati adalah bagaimana menjaga serta memelihara seluruh DAS yang kita miliki sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih baik pada dekade sebelumnya.

Akibat Pemanasan Global juga akan memicu masalah kesehatan masyarakat. Karena suhu makin hangat, maka dengan sendirinya jentik nyamuk DB (Demam Berdarah) dan Malaria akan memiliki siklus hidup yang lebih pendek dan masa inkubasi penularan yang lebih singkat. Maka ledakan populasi nyamuk berbahaya ini akan bersifat lethal bagi masyarakat. Termasuk juga jenis penyakit lainnya seperti Diare, Leptospirosis, Asma, Kanker Kulit dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (COPD).

Lebih lanjut Kompas, 01.12.2007 menyarikan dampak Pemanasan Global bagi negara kita akan meliputi :
Perubahan Iklim

- Peningkatan temperatur Bumi
- Curah hujan yang lebih lebat

Pertanian

- Mengubah pola presipitasi, penguapan, air limpasan
dan kelembaban tanah
- Risiko terjadionya ledakan hama dan penyakit tanaman
- Terancamnya ketahanan pangan

Kelautan

- Naiknya permukaan air laut (bisa menenggelamkan
daerah pesisir yang produktif)
- Pemanasan air laut yang mempengaruhi keanekaragaman
hayati laut
- Peningkatan jumlah penyakit yang dibawa melalui air dan
vektor

Satwa

- Perubahan habitat. Hilangnya daerah pesisir berakibat pada
keanekaragaman hayati serta migrasi penduduk yang hidup
di kawasan ini
- Penurunan populasi amfibi secara global

Jadi jelaslah kini masalah Pemanasan Global memiliki dampak sangat serius bagi kelangsungan kehidupan dan penghidupan bangsa kita serta umat manusia umumnya di Bumi ini. Oleh sebab itu marilah kita mulai dengan diri kita sendiri untuk mengubah gaya hidup kita sendiri dengan cara sederhana seperti mematikan dua titik lampu listrik antara pukul 17.00 s/d 22.00, membuat sumur resapan, hemat energi dengan cara selektif menggunakan peralatan elektronik, mengurangi pemakaian mobil pribadi, mengurangi pemakaian kemasan plastik, memilah dan mengelola sampah rumah tangga, menanam pohon di halaman rumah dan banyak hal lain. Karena tanpa dimulai dari diri kita sendiri, masyarakat dan bangsa kita tidak akan berubah dan pada akhirnya semua manusia di Bumi tidak juga akan berubah. Mari kita mulai hari ini juga.

Sumber : Kompas, Gatra dan lainnya.(http://handy.hagemman.com/index.php/2007/12/01/dampak-pemanasan-global-bagi-indonesia/)

Sunday, 2 August 2009

MY EARTH



My Earth, Previously you very beautiful
But you now have been destroy by human being
Now all human is confusion
Becaause damage nature and disaster knock over



STOP GLOBAL WARMING

Global Warming is the increase of temperature of the surface of earth. This happened because Gas pollution likes Carbon monoxide (CO2) and methane (CH4) from animal husbandry, Nitrogen oxide (NO) from fertilizer, and chlorofluorocarbons (CFC) from freezer and Air conditioner. The effects of global warming are the melting of the North Pole and South Pole, the increasing of sea level, the climate change, the heat wave and so on. What must we do to preventing global warming? There are some ways to preventing global warming that are limiting the emission of carbon dioxide, Reforestation, Recycle and Reuse. We must take care our earth and stop global warming!